GURU MENJADI
PENULIS, SIAPA TAKUT?
Menulis...Apakah
guru bisa menjadi penulis?
Jawabannya,
tidak hanya bisa, tetapi sangat bisa.
Ingin bukti,
cobalah disimak penjelasan berikut. Menulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai membuat huruf/angka dengan suatu pena. Dari makna tersebut
berarti guru sudah melakukannya, bukan? Mulai dari daftar mengisi daftar hadir
siswa, jurnal guru, membuat RPP, Silabus, dan membuat semua administrasi kelas
baik semester maupun tahunan. Hal ini
menjadi bukti bahwa guru sudah mempunyai pondasi yang kuat untuk menjadi
penulis.
Mau tahu..apa manfaat menjadi guru-penulis?
Manfaat guru menulis, yakni:
1. Menambah penghasilan
Tulisan yang sudah jadi, kemudian
dikirim ke media massa akan mendapat honororium. Jumlah honororium bervariasi. Bayangkan jika dalam satu bulan tulisan
kita dimuat empat kali, ambil saja satu tulisan 250.000 maka orang tersebut
akan mendapatkan uang dengan jumlah nominal yang jelas mengalahkan tunjangan
fungsional guru setiap bulan.
Selain menulis dimedia massa , guru juga dapat membuat buku. Dari
pengalaman beberapa teman guru baik PNS maupun swasta yang menulis buku teks
pelajaran atau pengayaan ternyata bisa membeli mobil, membangun rumah, membeli
tanah, berangkat umroh dan haji dan lain-lain dari hasil menulis buku. Ayo
bagaimana, mau mengikuti jejak mereka?
2. Memenuhi syarat sebagai guru profesional
Salah satu syarat guru
profesional adalah menghasilkan karya
ilmiah. Bentuk karya ilmiah tersebut adalah penelitian tindakan kelas ( PTK), penelitian
tindakan sekolah (PTS), artikel ilmiah, artikel populer, buku pelajaran, buku pengayaan,maupun
buku pedoman bagi guru. Dengan menulis
karya ilmiah tersebut, akan menguatkan bahwa guru tersebut adalah profesional.
Sering kali banyak guru terjangkit penyakit NATO (no action talk only ).
Di kelas memerintahkan siswanya untuk menulis, ironisnya dia sendiri tidak mau
menulis. Dengan mempunyai karya ilmiah yang telah diterbitkan, akan merangsang
anak untuk menulis seperti yang dilakukan oleh guru.
Karenanya tidak salah, kalau pemerintah merencanakan guru sertifikasi
diwajibkan menghasilkan karya ilmiah dan inovasi pembelajaran.
3. Mempercepat naik golongan
Selama ini, ada persepsi naik golongan hanya berlaku untuk PNS, tetapi
dengan regulasi terbaru, yakni dengan adanya kebijakan impassing bagi guru
swasta, maka kenaikan golongan tidak hanya diperuntukkan bagi guru PNS, tetapi
juga swasta. Sehingga jika guru swasta tidak mempunyai karya ilmiah, akan
terkendala dengan naik golongan dalam impassing.
4. Dikenal banyak orang.
Tulisan yang diterbitkan di media
massa akan dibaca orang. Semakin luas jangkauan media massa tersebut, maka
semakin banyak orang mengenalnya. Apalagi sekarang semakin banyak media yang
menyebarkan sayapnya ke dunia maya. Tidak hanya lingkup Indonesia, tetapi
masyarakat internasional dimanapun mereka berada juga dapat membacanya.
5. Menjuarai berbagai lomba menulis
Diantara manfaat menulis adalah menjuarai lomba menulis. Apabila
diundang penyelenggara, semua ditanggung mulai dari transportasi, penginapan,
dan akomodasi. Bisa bertemu dengan presiden, menteri. Pulang membawa uang
banyak, bahkan bisa mengikuti short course ke luar negeri.
6. Menjadi narasumber
Biasanya terhadap orang yang sering menulis, masyarakat akan mengenalnya
bahwa penulis tersebut ahli dibidang tertentu. Sehingga ketika instansi
pemerintah atau swasta mengadakan workshop tentang topik tertentu, sering
diambil narasumber yang kompeten. Diantara cara mengetahui kompetensinya adalah
dari tulisan yang dihasilkan.
Mengatasi masalah guru dalam menulis
Menulis. Ah,” sulit.” Ada juga yang mengatakan, “Saya tidak bisa
menulis.” Atau juga “Saya tidak punya bakat menulis.” Ya, itu kondisi nyata
yang dialami seorang guru saat ini. Kegiatan menulis bagi guru tersebut seperti
mendapatkan batu besar yang membebaninya. Sangatlah berat dilakukan.. Tetapi
idealnya, menulis bagi guru sejati, tidak harus karena kenaikan golongan atau
syarat pencairan tunjangan profesi, melainkan sebagai tuntutan dan kebutuhan.
Setiap masalah harus segera dicari jalan keluarnya, begitu
pula penyakit akut kesulitan menulis bagi guru harus segera dicari “obatnya”.
Jika dibiarkan akan menular bagi guru yang lain. Bagaimana solusinya:
A. Rumus menulis =
kemauan yang kuat menulis + Usaha untuk menulis
Salah satu
bentuk usahanya adalah setiap hari harus menulis, meskipun hanya satu paragraf.
Syukur-syukur dapat menulis satu judul atau lebih. Tiada hari tanpa menulis.
Melihat karakteristik profesi guru yang
tugasnya tidak terlepas dari kegiatan menulis. Setidaknya hal tersebut
merupakan modal awal yang sudah dimiliki guru. Sekarang tinggal guru, sudah
mempunyai niat untuk bisa menulis dan mau berusaha terus menerus untuk menulis
atau tidak.
B. Menulis apa saja
Tulislah semua hal yang ada dipikiran
anda. Buang jauh-jauh beban yang ada
dipikiran. Lebih fokuslah kepada apa yang anda tulis. Menulislah dengan
mengalir, apa yang ada dalam pikiran, tulislah semuanya. Jangan takut salah.
Nanti ada waktunya untuk mengedit tulisan anda.
Intinya jangan berpikir baik atau tidak
kalimat yang anda tulis. Pokoknya, TULIS, TULIS, TULIS.
C. Percaya diri dalam
menulis
Selalu berfikir
positif. Yakin, bahwa apa yang ditulis adalah terbaik. Meskipun tidak menutup
kemungkinan masukan dari pihak lain. Penulis yang baik adalah mau menerima
masukan dari orang lain. Jadikan masukan positif untuk kesempurnaan tulisan
anda.
D. Mengatur waktu untuk
menulis
Untuk mengatur waktu, tidak ada salahnya kalau membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Intinya kita hanya perlu meluangkan waktu
dalam sehari untuk menulis, meskipun hanya satu paragraf, syukur-syukur satu
naskah tulisan.
E. Dipublikasikan,
mengapa takut?
Apabila tulisan sudah benar-benar diselesaikan, maka
segerakanlah tulisan tersebut dipublikasikan dengan mengirimkannya ke redaksi
surat kabar, majalah atau bahkan penerbit buku.
F. Ditolak bukan
berarti kiamat
Tulisan yang tidak dimuat bukan berarti jelek. Segera revisi
dan kirim lagi.
G. Intropeksi diri
Kegagalan dalam menulis, tidak perlu menyalahkan orang lain.
Alangkah baiknya intropeksi naskah yang ditulis. Jadilahkegagalan yang dialami
sebagai pelecutagar ia terus memperbaiki tulisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apresiasikan partisipasi anda dengan like atau komentar setelah mendownload laman ini. Terima kasih atas partisipasinya.